Gunung Merapi sejak dinyatakan awas atau status bahaya tertinggi, Selasa, sekitar pukul 17.00 WIB terlihat dengan kasat mata mengeluarkan asap tebal berwana coklat ke arah barat daya atau Magelang.
Menurut petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Desa Jrakah, Boyolali, Tri Mujianto, puncak Gunung Merapi sejak sekitar pukul 17.00 WIB hingga kini mengeluarkan asap tebal warna coklat ke arah barat daya atau Magelang.
Menurut dia, asap coklat yang dikeluarka dari puncak Merapi tersebut kini tertutup kabut tebal dan mendung terlihat dari Pos Jrakah. Sehingga, pihaknya tidak mengetahui apakah asap tebal warna coklat itu merupakan erupsi atau tidak.
"Kami masih menunggu perkembangan selanjutnya informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta," kata Tri.
Sementara Komandan Kodim 724 Boyolali, Letkol (ARH) Soekoso Wahyudi, menjelaskan, kondisi Merapi sudah semakin meningkat, setelah menerima informasi BPPTK, diduga malam ini mengalami erupsi.
http://www.republika.co.id
unung Merapi Selasa (26/10) sore sekitar pukul 15.30, mengeluarkan lahar panas dan awan panas, dengan jarak luncuran 1,5 hingga 2 kilometer dari puncak gunung. Luncuran lahar panas yang terjadi juga disusul lunuran berikutnya pada pukul 17.00 lebih sedikit.
Meski ada luncuran magma dan awan panas, namun belum terlihat adanya titik api di wilayah kubah dan sekitarnya. Dengan keluarnya magma ini, berarti sudah ada jalan keluar lahar panas maupun awan panas dari puncak gunung. Hal itu disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Energi Kementrian ESDM Surono.
Sehubungan dengan itu, lanjut dia, pengungsian warga hendaknya lebih dipercepat. Dengan harapan, bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan warga sudah tidak ada di tempat tinggalnya yang memang rawan dari semburan awan panas.
Menurut dia, guguran magma yang yang disertai material dan awan panas ini kecepatannya sangat luar biasa. Untuk itu, langkah evakuasi warga hendaknya dipercepat karena kondisi ini sangat berbahaya bagi keselamatan warga setempat.
"Guguran material Merapi luar biasa, sudah banyak gempa vulkanik dangkal, aktivitas magma sudah tidak terbantahkan," kata Surono yang sedang beberapa hari ini selalu setia memantau aktivitas Gunung Merapi dari lereng gunung tersebut.
Dikatakan, Masyarakat harus cepat mengungsi, karena tanda-tanda alam kali ini berbeda dengan pada tahun 2006. "Kalau tahun itu statusnya siaga sudah terlihat titik api, sekarang statusnya awas belum terlihat titik api," tambahnya.
Ia menambahkan, deformasi yang terjadi memang lebih mengarah ke selatan. Meski demikian, menurutnya belum tentu letusan Merapi akan mengarah ke selatan. "Tanda-tanda eksplosif belum dapat dipastikan, baik kapan, besarnya, atau arah letusan. Kami juga tidak menyarankan masyarakat mengungsi di bunker. Kalau sudah terlambat, lebih baik lari saja," terangnya.
Lebih lanjut Surono menambahkan, magma Merapi yang ada kini mendesak bebatuan yang terbentuk dari lava letusan tahun 1911 silamn. Volume batuan ini mencapai sekitar 7,5 juta meter kubik.
Surono mengatakan dengan keluarnya magma maupun lahar panas ini berarti sudah ada jalan aliran magma maupun awan panas. Sebab, seandainya buntu atau tidak ada jalan sangat berbahaya.
http://suaramerdeka.com/
Hujan abu dari puncak Gunung Merapi hingga kini terus mengguyur wilayah lereng gunung tersebut. Sementara itu, warga dari wilayah rawan bencana letusan gunung itu terus berdatangan ke pengungsian.
Hujan abu antara lain terjadi di lereng Merapi wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Oleh karena itu, seluruh warga pengungsi maupun petugas dan penolong harus mengenakan masker.
Warga lereng Gunung Merapi yang mengungsi menempati barak yang telah disediakan di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Cangkringan, Pakem, dan Turi.
http://www.mediaindonesia.com
.:: MAKSAIH DAH DIBACA.. KAPAN-KAPAN MAEN LAGI YACH..!! ::.
0 komentar:
Posting Komentar
bicaralah yang baik,atau lebih baik diam.